Negara yang Sukses dan Gagal Kurangi Angka Nol di Mata Uangnya 

Negara yang Sukses dan Gagal Kurangi Angka Nol di Mata Uangnya 

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 26 Jun 2019 15:40 WIB
Ilustrasi/Foto: Zaki Alfarabi
Jakarta - Rencana pemerintah menyederhanakan nilai rupiah atau redenominasi yakni mengubah dari Rp 1.000 jadi Rp 1 tidak bakal terlaksana pada 2020. Hal ini karena, untuk menjalankan redenominasi dibutuhkan undang-undang sebagai landasan hukum.

Redenominasi dibutuhkan agar transaksi bisa lebih efisien dan nilai rupiah bisa bersaing dengan mata uang di negara lain.

Dari catatan detikFinance, ada beberapa negara yang sukses melakukan redenominasi yakni Turki, Rumania, Polandia sampai Ukraina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Turki mulai melakukan redenominasi pada 2005, mata uang Lira dikonversi menjadi lira baru berkode YTL saat itu dikonversi dengan menghilangkan enam angka nol.

Proses redenominasi di Turki sangat memperhatikan stabilitas perekonomian dalam negeri. Namun memang kini Turki sedang mengalami krisis, Indonesia juga diharapkan berhati-hati dalam menerapkan kebijakan.



Sementara itu, negara-negara seperti Rusia, Argentina, Zimbabwe, Korea Utara, dan Brasil tercatat sebagai negara-negara yang gagal dalam melakukan redenominasi. Catatan untuk Brazil yang akhirnya berhasil dalam melakukan redenominasi pada tahun 1994.

Negara-negara tersebut memberlakukan redenominasi pada saat yang tidak tepat di mana kondisi perekonomian tidak stabil dan memiliki tingkat inflasi yang tinggi. Di Rusia, redenominasi bahkan dianggap sebagai instrumen tak langsung pemerintah merampok kekayaan rakyat.

Korea Utara pada akhir tahun 2009 melakukan redenominasi 100 won menjadi 1 won. Namun, saat warga hendak menggantikan uang lama won ke uang baru, stok uang baru tidak tersedia.

Brasil sempat mengalami kegagalan melakukan redenominasi yakni pada tahun 1986-1989. Brasil melakukan penyederhanaan mata uangnya dari cruzeiro menjadi cruzado. Namun, kurs mata uangnya justru terdepresiasi secara tajam terhadap dolar AS hingga mencapai ribuan cruzado untuk setiap dolar AS. Kegagalan ini dikarenakan pemerintah Brasil tidak mampu mengelola inflasi yang pada waktu itu masih mencapai 500% per tahun.

(kil/eds)

Hide Ads